Bila jadi iya, saya kira sudah cukup. Dengan mampu dan sedikit bisa, kata lisan waktunya habis. di garis tepi dan terujung. Bernaung dimana? sudah lampau. Saya tutup pandang dan pendengaran agar tidak bersangkutan. Biar tak tercampur ikut. Meski belum tertuju ramai, waktu itu tak terbaca, kan. Saya kira sudah jauh kerumunan. Tapi tak terlalu jauh, karna takut kejauhan. Dalam pandangan setengah lihat, saya melihat celah. Saya kira jalan keluar, tapi santapan makin dekat dasar. Apa sajalah, tak mau berjalan lagi. Letih macam apa ini semua? kita sama sama senang dan lupa. Semua tidak jelas maknannya. Semuanya gaduh jadi bising. Menyesakkan mata merah saya. Membuat kerisauan saja. Terjadi apa yang makin merugi?. Pasti ada apa apa yang membelot. Pasti apa apa ada yang manipulasi. Jangan ragu, pasti salah. Atas koran koran dan mimbar mimbar kotor. Mata bening para raja rakyatnya, sudah bebas. Bebas, grusak grusuk semau maunya. Saya jadi ingin ikut bersuara tapi tak sanggup ber-ala raja. Lalu, saya diam tempat karna tak bisa jauh, tak mau jauh. Jadi apa apa bukan saya salah. Jadi apa apa bukan saya ikut. Jadi apa apa bukan saya jadi laba. Setelah begini, saya jadi kalut. Makin riuh antah berantah ini. Semak makin tinggi, jati banyak tebang. Rasanya mendengar mesin dalam mulutnya bersuara, saya jadi bingung setengah keatawa. ya ini bisa saya, hanya menulis setengah bersuara. karna berkeliling keluar, tak punya jalan, tak ingin jalan.
Grisse, 27/03/2015
0 komentar:
Posting Komentar