Senin, 24 Agustus 2015

KABAR DARI ANGIN MALAM

Diposting oleh Unknown di 13.35 0 komentar
Usai mega pudar mengundang gelap
Dewi malam mengganti surya
Dan indah siluet atas lingkar cahaya bulan
Salam pada malam ini
Malam dengan hingar bingar berita malam
Malam dengan kabar para pengasuh sang pertiwi
Malam dengan sekian uang yang di tilapnya
Malam dengan pemerintahan yang ber kubu kubu
Malam dengan curahan kritik atas rancangan kabinet
Malam dengan benang ruwet pemerintahan "negeri" ini
Malam indonesia rayaku..
Karenan dingin yang menyeruak masuk
Dan lampion lampion kecil membiaskan gelap
Melihat para bocah di gorong penuh harap
Menatap para fakir dengan tangan menengadah
Meendengar curahan harapan seindah madu
 Setitik itupun yang memberi asa
Siapapun, untuk mereka, bangkitlah
Tatap asa di mata beningnya
Merdekalah  
31/10/14

Selasa, 09 Juni 2015

KE RUMAH TUA

Diposting oleh Unknown di 06.39 0 komentar
Ini di jalan
jalanan rabun terbelakang
Terseok mengejar dibelakang
Aspal yang setengah hitam
Lalu, garis putih sedikit
Searah tetapi ambigu
Bukan ini yang ditapaki, atasnya
Tapi yang ada kehendaknya
Bungkam saja serta merta
Jalanan ini hitam dan lurus
Aku berjalan, kan?
Melangkah di setapak yang maju
Ahh, rasanya bohong
Aku ingin pulang
Pulang kerumah tua
Lalu menari atas reyot peyotnya
Berkejaran diatas kubangan
Lalu jatuh kena basah
Aku ingin pulang ke rumah tua
Yang paling jujur dari ini
Dimana sosokku adalah aku
Di jalan ke rumah tua
Mari kembali, lalu berjalan
Dijalan mundur berjalan maju
Rumah Tua
09/06/2015

Selasa, 26 Mei 2015

DILEWATI (26/05/15)

Diposting oleh Unknown di 11.31 0 komentar
Dikira lalu masih belum pantas
Sudah dilewati setengah hati
Setengahnya salah asumsi
Kian lalu dikira salah
Dikira lalu tibanya benar
Yang dikira pura pura
Sudah dilewati sudah jauH
Dilewati maki maki terlanjur 
Terlanjur dilewati separuh 
Sudah tak utuh, tak pernah utuh 
Sejak sebelum dilewati 
Sejak dilewati, sudah dilewati

Jumat, 22 Mei 2015

INI NASKAH KEMARIN

Diposting oleh Unknown di 03.42 0 komentar
Ini naskah kemarin
Naskah ulikan yang kemarin
Naskah anak baru kemarin
Naskah dari yang bau kencur
Ini naskah kemarin
Naskah dibuat unuk mengenang
Naskah semoga tidak lupa
Naskah yang bukan  nostalgia
Ini untuk diingat
Ini naskah kemarin
Kiriman kisah kemarin
Catatan kenangan yang sudah
Ini naskah kemarin
Dibuat unuk diingat

Ini naskah kemarin

20-21  MEI 2015
X MIA 4

Selasa, 07 April 2015

HANYA LIMABELAS, BERTIGA

Diposting oleh Unknown di 11.57 0 komentar

Tiga orang. Tiga 15 belas tahun. Tiga kisah dan drama. Tiga yang tertawa dan senang. Tiga yang rumit dan berkaca. Tiga dan musik dan film. Tiga dengan nyata dan opini. Tiga dengan kalimat kalimat dan berhitung. Tiga dari rival lalu teman. Tiga yang merekat karena olok olok. Tiga yang hidup dari kalangan minimum. Tiga yang gila, konyol.  Tiga yang kokoh dalam kisah harapan. Tiga yang berasumsi “all i have to do is dream”. Mimpi yang mengawankan para rival. Mimpi yang meluruskan benang merah yang rumit dan kusut. Mimpi yang mengadu dan menyatu tiga 15 tahun ini. Mimpi yang mengantar pada tiga dan sebenarnya. Tiga, mimpi yang sebenarnya. Bertiga yang sebenarnya di awali pelik. Bertiga yang di pertengahan pun pelik. Bertiga yang di akhir tak pernah. Jika ingat di siang dan menulis album tertulis. Jika ingat di petang mengalun nyanyian dan cerita. Jika ingat celoteh yang kini makin redup. Jika ingat pada kisah yang di buat buat. Jika ingat. Saat dulu masa segalanya berbicara. Saat dulu segalanya perlu terkenang. Saat dulu dan janji janjinya. Dulu dan sekarang. Sekarang pun masih. Masih sepi, tapi sama. Sekarang masih, tapi sedikit canggung canggung dan mematung. Mematung dan diam. Akhirnya bicara yang basa basi. Akhirnya berkata omong kosong. Mungkin mulai larut pada waktu. Terkadang yang di rencanakan itu mulai remang dan pudar. Dan terkadang makin sering dan selalu, yang di ucap sekian kali lupa karena banyak bicara. Saat saat yang sempat senang dan sekarang biasa saja. Waku yang menghakimi. Tak sekali ada “selamat tinggal” yang kemudian mengasingkan. Waktu yang larut yang meyibukkan. Sibuk jadi berpesan dan berkata  pun tak sempat. Akhirnya mimpi bersama kini berbuah ambisi dan berkejaran niatan. Mimpi yang meluruskan “kita”. Kita dan konyol dan gila. Kita dan cerita dan harapan. Mimpi yang kini makin mengeras. Mimpi yang kini berjauhan “kita”. Kita dan ambisi dan mau. Kita, dan kita? Semua tenang kita. Tiga yang kini menjelang 16 tahun. Tiga yang kini tak lagi beratap harapan yang sama. Tiga yang bukan lagi kisah, opini dan celoteh. Kita bukan buku dari lembaran lembaran yang di jilid. Kita bukan buket dari bunga bunga yang di tali satu. Kita bukan warna warna dalam satu lukisan. Kita adalah kita. Lembaranku dan lembaranmu. Bungaku dan bungamu. Warnaku dan warnamu. Sama yang tak berikatan. Sama yang tak se iya, sekata. Kita sama. Bertiga masing masing. Bertiga di ruang itu, masing masing di sikap yang searah. Bertiga jika sempat dan masing masing mengadu mimpi, lalu bertiga jika puas dan lelah.

Sabtu, 28 Maret 2015

BUKAN SAYA

Diposting oleh Unknown di 03.08 0 komentar
     Bila jadi iya, saya kira sudah cukup. Dengan mampu dan sedikit bisa, kata lisan waktunya habis. di garis tepi dan terujung. Bernaung dimana? sudah lampau. Saya tutup pandang dan pendengaran agar tidak bersangkutan. Biar tak tercampur ikut. Meski belum tertuju ramai, waktu itu tak terbaca, kan. Saya kira sudah jauh kerumunan. Tapi tak terlalu jauh, karna takut kejauhan. Dalam pandangan setengah lihat, saya melihat celah. Saya kira jalan keluar, tapi santapan makin dekat dasar. Apa sajalah, tak mau berjalan lagi. Letih macam apa ini semua? kita sama sama senang dan lupa. Semua tidak jelas maknannya. Semuanya gaduh jadi bising. Menyesakkan mata merah saya. Membuat kerisauan saja. Terjadi apa yang makin merugi?. Pasti ada apa apa yang membelot. Pasti apa apa ada yang manipulasi. Jangan ragu, pasti salah. Atas koran koran dan mimbar mimbar kotor. Mata bening  para raja rakyatnya, sudah bebas. Bebas, grusak grusuk semau maunya. Saya jadi ingin ikut bersuara tapi tak sanggup  ber-ala raja. Lalu, saya diam tempat karna tak bisa jauh, tak mau jauh. Jadi apa apa bukan saya salah. Jadi apa apa bukan saya ikut. Jadi apa apa bukan saya jadi laba. Setelah begini, saya jadi kalut. Makin riuh antah berantah ini. Semak makin tinggi, jati banyak tebang. Rasanya mendengar mesin dalam mulutnya bersuara, saya jadi bingung setengah keatawa. ya ini bisa saya, hanya menulis setengah bersuara. karna berkeliling keluar, tak punya jalan, tak ingin jalan. 




Grisse, 27/03/2015 

Minggu, 22 Maret 2015

KOTAK

Diposting oleh Unknown di 10.50 0 komentar


Bertautan dalam balok
Bersampul kertas coklat
Kotak itu kuisi penuh
Rapat tapi jadi ringan
Memoar yang melayang layang
Kenang seutas kalimat
Semu semu remang
Semu semu lupa
Datanglah, bawakan gembok
Jangkarkan pada tiap tiap sisinya
Kukira sudah terkunci rapat
Kian ringan saja
Bukannya sudah rapat?
Pantas saja makin ringan
Kau gembok dengan kenangan?
Kukira kenanganmu juga ikut memuai
Yasudah, ini bawa saja
Memoar dan sedikit kenangan  yang lupa
Darimu padaku, lalu ku balikkan -
Bertuan aku, untukmu

BAKAL, AGUSTUS KE 17

Rabu, 18 Maret 2015

KURSI KOSONG

Diposting oleh Unknown di 07.53 0 komentar


         Aku dimana? Siapa?. Seorang tua mengayun sepeda kumbang sendirian. Aku siapa? dimana?. Bercerutu dengan asap mengepul. Tidakkah fajar lengah pada kain putih. Entah dua pagi atau tiga subuh. Kulihat tua yang meradang.  Menuntun nafasnya pada wangi surgawi. Kulihat tua yang tersedu. Menuai ubannya di liang akhir hayat. Beberapa kemudian kulihat lagi. Kulihat yang muda berlarian ramai ramai. Kulihat muda bersantai di atas pusara. Kulihat lagi, lebih dekat. Melihat muda bergaya di hujani bunga tujuh rupa. Sikap langit dan bumi. Seolah olah masih hidup lama. Seakan akan sedetik lagi terkapar. Bukankah segalanya kemudian bertakdir habis pada waktunya. Waktu dimana yang renta jadi teronggok di samping pojok Waktu dimana yang muda jadi tenggelam di rendam hingar bingar kekinian. Tidakkah segalanya setelah ramai jadi sunyi. Jadi, takdirkah pelaku? Atau waktu berlaku?.
            Entah, kursi kosong tak bersuara. Kursi kosong yang hening. Kursi kosong dan dingin. Kursi kosong yang kaku di hempas angin. Kursi yang disinilah merenta dan beruban. Kursi kosong yang  jika sempat kududuki. Kursi kosong yang selalu kududuki. Kursi kosong yang pernah kududuki tapi direbut orang. Tiga kursi kosong. Tiga, kursi kosong. Tiga kursi, kosong. Tiga kursi kosong yang kosong meski kududuki. Tiga kursi kosong seperti bukan kepunyaan. Tiga kursi kosong yang seperti, tiga kursi kosong. Jadi, takdirkah pelaku? Atau waktu berlaku?
 

Ulasan kisah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting