Entah, tapi di setiap bait kalimatmu terasa penuh dorongan. Tapi kemilau itu perlahan di ambang keharusan, halu. Sekeras apa kau bersorak sorai meneriaki keputusan ini dan membangkitkannya. Ini terasa berat, jauh lebih berat. Mimpi itu tak seringan dulu, tak semenawan di kata. Lama kelam ini mengarak untuk semakin jauh. Meski nurani masih bertahan. Seberat akal memaksa, seberat sakit menerka. kamu pun tau ini tak semudah membalikkan kedua tangan dan aku pun faham keadaan ini bukan permainan. Melalui sekian drama bias mimpi ini terasa membatasai kesenangan. Kesenangan yang kini ku tahu hanya fana. Tapi apakah mimpi mimpi itu adalah kekal?
Karena pelipurku hanya satu sosokmu, sedangkan ragaku sendiri tak tau arah haluannya. Bisakan selamban mungkin di samping jauhku. Perlahan hanyutkan raguku ini pada mimpi mimpi yang kau kiblati kini. Dan asa ini belum kembali ke rumahnya, taman taman yang kering kerontang penuh sesal.
Masihkan kau ada? . Jika kelak asa ku ini tak lagi bangkit kembali. Karena pada benar ini terasa tabu. dan jika kau selalu ada, terangilah aku dengan semangatmu.
Rabu, 19 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar