Apakah jika aku mengaisnya, akan datang?
Dulu ketika dua fajar bercahaya
Padanya yang terdengar ikrar saling berkaitan
Seni yang meramaikan lorong lorong hijau
Pucuk cemara yang hendak pada langit
Jatuhnya seperti setangkai putih di selokan sekolah
Pagar pagar jadi pintu keluar masuk
Sontak pada ruang pebebasan
Mencoba menanyakannya kembali
Pada sekian mata yang menuju satu pandangan
Antara semak belukar yang subur kecoklatan
haruskan mengaisnya pada kemudian berlalu?
Di kumpulan pepohonan pinus kering
Dan gambarmu yang menjadi sunyi
Agenda agenda hanya brtumpuk
Peranan jendela jendela atas cahaya fajar
Apakah salah ada?
Di sahara biru kelautan
Benda antariksa yang rukun bersama
goresan tinta tanya koran koran tua
Di persimpangan singgah karena mega kemerahan
Kabut putih diantara kuil kuil batu
masihkan kerutan dahi perlu di pertanyakan?
Akan sunyinya rumah tua yang selalu kosong
Akan genangan air hujan tadi malam
Yang masa hanya lalu berkelebat
Detik detik yang menyakini para idealis tua
Dan tolehanmu terasa tuli
Sabtu, 22 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar