Sabtu, 22 November 2014

LORONG HIJAU

Diposting oleh Unknown di 06.26 0 komentar
Apakah jika aku mengaisnya, akan datang?
Dulu ketika dua fajar bercahaya
Padanya yang terdengar ikrar saling berkaitan
Seni yang meramaikan lorong lorong hijau
Pucuk cemara yang hendak pada langit
Jatuhnya seperti setangkai putih di selokan sekolah
Pagar pagar jadi pintu keluar masuk
Sontak pada ruang pebebasan
Mencoba menanyakannya kembali
Pada sekian mata yang menuju satu pandangan
Antara semak belukar yang subur kecoklatan
haruskan mengaisnya pada kemudian berlalu?
Di kumpulan pepohonan pinus kering
Dan gambarmu yang menjadi sunyi
Agenda agenda hanya brtumpuk
Peranan jendela jendela atas cahaya fajar
Apakah salah ada?
Di sahara biru kelautan
Benda antariksa yang rukun bersama
goresan tinta tanya koran koran tua
Di persimpangan singgah karena mega kemerahan
Kabut putih diantara kuil kuil batu
masihkan kerutan dahi perlu di pertanyakan?
Akan sunyinya rumah tua yang selalu kosong
Akan genangan air hujan tadi malam
Yang masa hanya lalu berkelebat
Detik detik yang menyakini para idealis tua
Dan tolehanmu terasa tuli

Rabu, 19 November 2014

MASIH BUATMU (BALAS)

Diposting oleh Unknown di 05.14 0 komentar
             Entah, tapi di setiap bait kalimatmu terasa penuh dorongan. Tapi kemilau itu perlahan di ambang keharusan, halu. Sekeras apa kau bersorak sorai meneriaki keputusan ini dan membangkitkannya. Ini terasa berat, jauh lebih berat. Mimpi itu tak seringan dulu, tak semenawan di kata. Lama kelam ini mengarak untuk semakin jauh. Meski nurani masih bertahan. Seberat akal memaksa, seberat sakit menerka. kamu pun tau ini tak semudah membalikkan kedua tangan dan aku pun faham keadaan ini bukan permainan. Melalui sekian drama bias mimpi ini terasa membatasai kesenangan. Kesenangan yang kini ku tahu hanya fana. Tapi apakah mimpi mimpi itu adalah kekal?
               Karena pelipurku hanya satu sosokmu, sedangkan ragaku sendiri tak tau arah haluannya.  Bisakan selamban mungkin di samping jauhku. Perlahan hanyutkan raguku ini pada mimpi mimpi yang kau kiblati kini. Dan asa ini belum kembali ke rumahnya, taman taman yang kering kerontang penuh sesal.
               Masihkan kau ada? . Jika kelak asa ku ini tak lagi bangkit kembali. Karena pada benar ini terasa tabu. dan jika kau selalu ada, terangilah aku dengan semangatmu.

Kamis, 13 November 2014

DI KISAH ULANGKAN

Diposting oleh Unknown di 06.49 0 komentar
Dan kabar itu sangat singkat
Sekelumit kalimat ringan , susah di tebak
Tapi tahu ini terlanjur terasa
Perlahan menoreh kecewa
Tapi tak ada yang salah
Hanya berjalan seadanya, yang salah
Kemudian datang,
Dan perlahan rasa yang menyertai 
Lalu pergi dan sontak bertahan
Menunggu  yang kemudian di tertawai
Dan senja menggiring sepoi angin
Lalu duduk di pelataran
Diantara berpasang mata, memandang
Lalu, kalimat berkicau
Di antara surga bermainmu
Terasa selalu diawasi
Tapi beritamu tak sengaja terbaca 
Semakin larut tak habis selesai 
Kembali mengulang menyulutnya lagi
Menua, menuai masalah
Dan kembali meminta di kisah ulangkan





Candu

Diposting oleh Unknown di 06.03 0 komentar
Mereka selalu berkesan
Di detik yang perlahan
Dengan riuh mengenang
Tapi perlahan terasa cepat
Dan perpisahan sebuah tragedi
Meretas yang sempat terancang
Lalu, perbincangan terasa bisu
Keterkaitan yang bukan apa apa
Dan kerinduan..
Usanglah waktu beriringan
Pula jarak menjauhkan
Kemilau masa beranjak remang
Pelipur rindu hanya rancangan kata 
Dan kiasan makna waktu, benalu
Dan pertanyaan kabar?
Basa basi tak memuaskan
Terasa merekalah kembang api
Merekalah canduku
 

Ulasan kisah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting