Malam itu, ketika teman baikkku bertanya “kamu masih
menunggu dia ?”, sakit ketika aku harus menjawab “iya” bodoh ketika air mataku
mengalir dan bertanya “Apa salah aku menanti cintaku ?” dan penyadarku menjawab “salah ketika kamu
menanti orang yang tak pantas untuk dinanti, salah, ketika kamu berair mata
untuk hal yang tak pasti ”.
kata kata itu, mengheningkan malamku. Merapuhkan kebodohanku untuk terus menantinya, dan malam itu juga yang menyadarakanku. dia tak pantas untuk mendapat sikap baikku , dia tak pantas untuk kuperhatikan lebih dari sekedar teman, dia tak pantas untuk menjadi orang spesialku.
karena malam itu, aku dan mimpiku mulai sejalan, aku dan tulisan tulisanku tidak lagi tunduk dengan kisahnya, aku dan perasaanku bukan untuknya lagi.
beruntung ketika malam mulai berbicara dan meluruskan mimpi kita, beruntung malamku berbicara aku hanya persimpangan baginya , persimpangan yang hanya untuk dilewati. beruntung ketika angin itu melepas rasa sayangku terhadapmu. kini jauh, sangat jauh, aku bukan lagi untukmu, kamu bukan masa depanku, bukan mimpiku.
kata kata itu, mengheningkan malamku. Merapuhkan kebodohanku untuk terus menantinya, dan malam itu juga yang menyadarakanku. dia tak pantas untuk mendapat sikap baikku , dia tak pantas untuk kuperhatikan lebih dari sekedar teman, dia tak pantas untuk menjadi orang spesialku.
karena malam itu, aku dan mimpiku mulai sejalan, aku dan tulisan tulisanku tidak lagi tunduk dengan kisahnya, aku dan perasaanku bukan untuknya lagi.
beruntung ketika malam mulai berbicara dan meluruskan mimpi kita, beruntung malamku berbicara aku hanya persimpangan baginya , persimpangan yang hanya untuk dilewati. beruntung ketika angin itu melepas rasa sayangku terhadapmu. kini jauh, sangat jauh, aku bukan lagi untukmu, kamu bukan masa depanku, bukan mimpiku.
Malam 11/01/14
0 komentar:
Posting Komentar