Minggu, 13 Maret 2016

GITAR BOLONG

Diposting oleh Unknown di 07.23 0 komentar


Bernostalgia dibawah randu tua.
Sore sebelas mei.
Berdua ditambah gitar bolong hitam.
Saling memuja tulisan.
Saling tak menyangka kembali bertemu
Dibawah randu yang pura pura diam.
Dengamu saling mengingat dan berandai.
Bernyanyi dan mengode lewat lirik.
Hai pria bergitar bolong hitam.
Sajak sajakmu menyatu dengan nada.
Melodi gitar bolongmu membuat rona.
Satu setengah jam menuntun angin sore.
Benostalgia denganmu sungguh manis.
Hingga gelap pun tak terasa.
Melodi gitar bolongmu membuat beku.
Gitar bolongmu membuat terbang ke masa lampau.
Jauh ke masa itu.
Lalu enggan menyadari itu sudah lampau.
Rasanya tak ada yang berubah.
Jika kembali duduk di randu tua.
Lalu berlagu bersama dengan gitar bolongmu.

*imaji gila pecinta gitar bolong (13/3/16)

Jumat, 11 Maret 2016

DANDELION

Diposting oleh Unknown di 05.40 0 komentar

Si mungil bertopi putih.
Sang prajurit angin.
Salju di musim semi.
 Dandelion..
Bungaku antar semak belukar.
Tak sewangi melati.
Tak seanggun anggrek.
Tak seindah melati.
Setangkai dengan ribuan harap.
Dandelion..
Si kecil dan rapuh.
Si kecil yang tertutup ilalang.
 Si rapuh yang terbawa angin.
Dandelion.
 Hidupku terserah angin yang membawa.
 Aku tegak dihimpit ilalang. 
Lalu terbawa angin dan jatuh bebas.
Dijatuhkan dan kembali memulai.
 Memulai hidup lagi, tegak lagi.
 Dandelion..
Pesonamu antar lembah dan belukar
Rapuhmu bak hembusan angin nan sejuk
Setangkai berkabung dengan ribuan harap

 *untukmu.. aku tulus, setulus dandelion.

Rabu, 09 Maret 2016

SECANGKIR KOPI ACAK ACAKKAN

Diposting oleh Unknown di 09.59 0 komentar
Malam malam dingin
 Malam malam sepi
Sendiri dengan angin jadi bisu
Kalut kemelut rasa makin beradu
 Segala peluh sehari jadi satu,marah..
Wahai secangkir kopi pahit
Jamahi dan tenangkan aku
Benahi aku yang makin kacau
Biarkan semerbakmu jadi penenang
Buai emosiku jadi larut dengan pahit
Manis pahit terasa nikmat
Wahai secangkir hitam pekat
Aromamu tajam melekat
 Aromamu menari nari manis
Dasar secangkir kopi
Duduk di teras denganmu jadi syahdu
Meski hanya duduk denganmu
Wahai secangkir kopi
Kau penuh di kertasku
Hitam pekatmu penuh di syairku
Pahit lekatmu lengkap di baitnya
Semerbak aromamu mengalir di sajakku
Dasar kopi pahit
Sajak sajakku makin mencintaimu
Senikmat pahitmu di rasa
Sajak sajakku kian meradang
Semerbak aromamu yang kian merasuk
Wahai kopi hitam
 Ini sajakku karenamu
Kacau, sekacau pahitmu
Tapi entah, kurasa manis
 

Ulasan kisah Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting